Tuesday 19 November 2013

Design rumah 2 lantai pada lahan RSH

perspektif depan
pada umumnya banyak orang yang beranggapan memiliki lahan yang terbatas membuat mereka beranggapan tidak bisa untuk memiliki lahan terbuka berupa taman dan sebagainya di karenakan lahan yang sempit dan sangat terbatas, namun pada design rumah ini sebagai pembuktian bahwa lahan yang sempit bukan lah masalah bagi kita untuk memiliki taman pada rumah kita bahkan juga bisa memiliki ruang untuk bercocok tanam.
 Konsep yang saya terapkan pada rumah ini yaitu “open air”, yang mana penghuni dapat merasakan nuansa ruang terbuka dan memilii view ke taman secara langsung dari dalam rumah, rumah ini berada di jalur perlintasan matahari, bukaan yang besar di letakkan di arah utara dan selatan. Dan pada sisi utara dan selatan inilah taman dan kolam di letakkan, seperti yang kita ketahui membuat kolam pada rumah dapat menurunkan suhu termal pada rumah sehingga dapat  menggunakan sistem penghawaan alami dan tentunya dapat mentiadakan penggunaan Air conditioner .
selain itu bukaan di kedua sisi tersebut adalah sebagai salah satu usaha untuk memasukkan sinar matahari sehingga penggunaan lampu dapat di tiadakan pada siang hari. selain hemat dari segi ekonomis rumah ini juga ramah terhadap lingkungan.
pada lantai dua terdapat roof garden yang juga dapat di gunakan sebagai ruang untuk bercocok tanam oleh penghuni, konsepnya adalah mengangkat lapisan permukaan tanah di lantai satu karena lahan pada lantai satu di gunakan sebagai carport.

denah lantai 1
denah lantai 2         
 


pembagian zona pada rumah ini ialah, pada lantai 1 yaitu zona publik sedangkan pada lantai 2 ialah zona privat, di tujukan agar kegiatan privasi tidak terganggu oleh kegiatan publik.
denah di buat terbuka dan memiliki bukaan yang banyak berguna untuk memaksimalkan penghawaan dan penghawaan alami pada rumah ini.
Tanaman bambu pada rumah.
tanaman bambu di pilih karena bambu memiliki banyak manfaat dari segi kesehatan maupun arsitektural.
sari segi kesehatan, pakar kedokteran di dunia menyatakan tanaman bambu sangat kaya akan manfaat bagi kesehatan ,yakni bersifat sejuk,harum,dan dapat masuk ke meredian jantung sehingga dapat memberikan efek relaxasi bagi tubuh manusia.










Wednesday 19 June 2013

ARSITEKTUR EKOLOGI

SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR EKOLOGI



Ekologi biasanya di mengerti sebagai hal-hal yang saling mempengaruhi : segala jenis makhluk hidup (tumbuhan, binatang, manusia) dan lingkungannya (cahaya, suhu, curah hujan, kelembapan, topografi, dsb). Demikian juga prosese kelahiran , kehidupan, pergantian generasi, dan kematian yang semuanya menjadi bagian dari pengetahuan manusia. Semua itu berlangsung terus dan dinamakan sebagai ‘hukum alam’.
1.      Istilah ‘ekologi’
stilah ‘ekologi’ pertama kali di perkenalkan oleh Ernst Haeckel, ahli ilmu hewan pada tahun 1869 sebagai ilmu interaksi antara segala jenis makhluk hidup dan lingkungannya, jadi Ekologi dapatdi defenisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbale balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Persoalan tentang wawasan lingkungan pada masa kini memperkembangkan rasa tanggu jawab terhadap lingkungan danm mendorong kedudukan ekologi dari segi akademis menjadi perhatian umum. Hal ini mengakibatkan Ekologi di samping  menjadi bagian kelimuan juga ilmu lingkungan yang megandung pengetahuan dan pengalaman kebutuhan masyarakat di bidang ekonomi dan politik. Adapun prinsip-prinsip arsitektur ekologi antara lain:
a.       Flutuation
Prinsip fluktuasi menyatakan bahwa bangunan didisain dan dirasakan sebagai tempat membedakan budaya dan hubungan proses alami. Bangunan seharusnya mencerminkan hubungan proses alami yang terjadi di lokasi dan lebih dari pada itu membiarkan suatu proses dianggap sebagai proses dan bukan sebagai penyajian dari proses, lebihnya lagi akan berhasil dalam menghubungkan orang-orang dengan kenyataan pada lokasi tersebut.
b.      Stratification
Prinsip stratifikasi menyatakan bahwa organisasi bangunan seharusnya muncul keluar dari interaksi perbedaan bagian-bagian dan tingkat-tingkat. Semacam organisasi yang membiarkan kompleksitas untuk diatur secara terpadu.
c.       Interdependence (saling ketergantungan)
Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan dengan bagiannya adalah hubungan timbal balik. Peninjau (perancang dan pemakai) seperti halnya lokasi tidak dapat dipisahkan dari bagian bangunan, saling ketergantungan antara bangunan dan bagian-bagiannya berkelanjutan sepanjang umur bangunan.

Eko-arsitektur menonjolkan arsitektur yang berkualitas tinggi meskipun kualitas di bidang arsitektur sulit diukur dan ditentukan, tak ada garis batas yang jelas antara arsitektur yang bermutu tinggi dan arsitektur yang biasa saja. Fenomena yang ada adalah kualitas arsitektur yang hanya memperhatikan bentuk dan konstruksi gedung dan cenderung kurang memperhatikan kualitas hidup dan keinginan pemakainya, padahal mereka adalah tokoh utama yang jelas.

Dalam pandangan eko-arsitektur gedung dianggap sebagai makhluk atau organik, berarti bahwa bidang batasan antara bagian luar dan dalam gedung tersebut, yaitu dinding, lantai, dan atap dapat dimengerti sebagai kulit ketiga manusia (kulit manusia sendiri dan pakaian sebagai kulit pertama dan ke dua). Dan harus melakukan fungsi pokok yaitu bernapas, menguap, menyerap, melindungi, menyekat, dan mengatur (udara, kelembaban, kepanasan, kebisingan, kecelakaan, dan sebagainya). Oleh karena itu sangat penting untuk mengatur sistem hubungan yang dinamis antara bagian dalam dan luar gedung. Dan eko-arsitektur senantiasa menuntut agar arsitek (perencana) dan penguna gedung berada dalam satu landasan yang jelas.


2.      Dasar-dasar Arsitektur Ekologi
Arsitektur atau eko-arsitektur lebih indah, lebih tepat guna dari pada gedung-gedung biasanya, yang menonjol adalah arsitektur yang berkualitas tinggi. Kualitas biasanya sulit diukur dan ditentukan, terlebih lagi dari bidang arsitektur. Dimana garis batas antara arsitektur yang bermutu tinggi (berkualitas) dan arsitektur yang biasa saja.
Pembahasan kualitas di bidang arsitektur biasanya hanya memperhatikan bentuk gedung dan konstruksinya, tetapi mengabaikan tokoh utamanya yaitu manusia. Dalam eko-arsitektur terdapat dasar-dasar pemikiran yang perlu diketahui, antara lain :
1.    Holistik
Dasar eko-arsitektur yang berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai satu kesatuan yang lebih penting dari pada sekedar kumpulan bagian.
2.    Memanfaatkan pengalaman manusia
Hal ini merupakan tradisi dalam membangun dan merupakan pengalaman lingkungan alam terhadap manusia.
3.    Pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang statis.
4.    Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan kedua belah pihak.

Dengan mengetahui dasar-dasar eko-arsitektur di atas jelas sekali bahwa dalam perencanaan maupun pelaksanaan,  eko-arsitektur tidak dapat disamakan dengan arsitektur masa kini. Perencanaan eko-arsitektur merupakan proses dengan titik permulaan lebih awal. Dan jika kita merancang tanpa ada perhatian terhadap ekologi maka sama halnya dengan bunuh diri mengingat besarnya dampak yang terjadi akibat adanya klimaks secara ekologi itu sendiri. Adapun pola perencanaan eko-arsitektur yang berorientasi pada alam secara holistik adalah sebagai berikut :
a.       Penyesuaian pada lingkungan alam setempat.
b.      Menghemat energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan mengirit penggunaan energi.
c.       Memelihara sumber lingkungan (air, tanah, udara).
d.    Memelihara dan memperbaiki peredaran alam dengan penggunaan material yang masih dapat digunakan di masa depan.
e.     Mengurangi ketergantungan pada pusat sistem energi (listrik, air) dan limbah (air limbah, sampah).
f.       Penghuni ikut secara aktif dalam perencanaan pembangunan dan pemeliharaan perumahan.
g.      Kedekatan dan kemudahan akses dari dan ke bangunan.
h.      Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhan sehari-harinya.
i.        Menggunakan teknologi sederhana (intermediate technology), teknologi alternatif atau teknologi lunak.

3.      Bangunan sebagai kulit ketiga manusia

Memperhatikan gedung sebagai makhluk organik, berarti bahwa bidang batasan antara bagian dalam dan bagian luar gedung tersebut yaitu dinding, lantai dan atap, dapat di artikan sebagai kulit manusia yang ketiga (kulit manusia sendiri dan pakaian sebagai kulit pertama dan kedu) dan harus melakukan fungsi-fungsi pokok sebagai berikut: bernafas, menguap, menyerap, melindungi, menyekat, dan mengatur udara, kelembapan, kepanasan, kebisisngan, kecelakaan, kegunaan dan sebagainya.

Sayangnya hampir semua gedung modern yang merupakan sistem tertutup menggunakan bahan sintetis atau bahan yang canggih seperti misalnya kaca atau aluminium yang tidak dapat bernafas dan menguap, dengan memakai penghawaan teknis (AC) daripada penyejuk udara secara alamiah atau pemakaian lapisan dinding serta langit-langit yang tipis dengan permukaann yang licin dank eras sehingga tidak menyerap bising dan panas.

Menyadari hal-hal tersebut maka perencanaan arsitektur, penentuan struktur gedung dan konstruksi, serta pemilihan bahan bangunan semuanya harus dilakukan dengan teliti dan penuh kepekaan karena kita membicarakan kulit ketiga manusia dan kualitas arsitektur.

Sebaiknya di pilih bahan bangunan yang sedemikian rupa sehingga perpengaruh baik terhadap penghuni seperti kayu, bambu, serat-serat, daun-daunan, batu bata, batu alam, ubin bata tanah liat, plasteran tanpa semen dan sebagainya, dengan cat, pengawetan, dan finishing lainnya yang alamiah juga.

4.         Unsur pokok arsitektur ekologi
a.       Udara
Udara untuk bernafas . hubungann erat antara udara pernafasan dan kehidupan adalah pengalaman kehidupan manusia. Makin tercemar udara maka kualitas kehidupan semakin menurun,
b.      Air
Air sebagai sumber kehidupan bagi makhluk hidup di muka bumi.
c.       Api
Api (energi), sebagai sumber energy dan sumber salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.
d.      Bumi
Bumi menjadi sumber bahan baku dan menjadi tempat kehidupan makhluk hidup.

5.      Ekologi dan Arsitektur Ekologi
Atas dasar-dasar pengetahuan arsitektur ekologi yang telah di uraikan , maka perhatian pada arsitektur sebagai ilmu teknik di alihkan kepada arsitektur kemanusiaan yang memperhitungkan juga keselarasan dengan alam dan kepentingan manusia penghuninya.
Pembangunan rumah atau tempat tinggal sebagai kebutuhan kehidupan manusia dalam hubungan timbal  balik dengan lingkungan alamnya di namakan arsitektur ekologis atau eko-arsitektur.

Sumber: Heinz Frick FX. Bambang Sukianto 1998. Dasar-dasar Eko Arsitektur Hal: 39
Gambar 1. Konsep eko-arsitektur yang holistis (sistem keseluruhan)
Sebenarnya, eko-arsitektur tersebut juga mengandung bagian-bagian dari arsitektur biologis (arsitektur kemanusiaan yang memperhatikan kesehatan), arsitektur alternatif, arsitektur matahari (dengan memanfaatkan energy surya), arsitektur bionik (teknik sipil dan konstruksi yang memperhatikan kesehatan manusia), serta biologi pembangunan.
Maka istilah eko-arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan mengandung semua bidang. Eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam arsitektur kerena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku. Namun ,eko-arsitektur mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya.

6.      Keseimbangan dengan alam
Pada penentuan lokasi gedung di perhatikan fungsi dan hubungannya dengan alam, seperti matahari, arah angin, arah hujan, aliran air di bawah tanah, dan sebagainya. Setiap serangan terhadap alam mengakibatkan suatu luka yang mengganggu keseimbangannya.
Dengan sadar atau tidak sadar manusia telah menghancurkan keseimbangan dengan alamnya sehingga terjadi ketidakseimbangan antara makrosmos dan mikrosmos. Seperti manusia dalam lingkungan ilmiah, sebenarnya menjadi spesialias hanya dalam aspek keahliannya tetapi tetap bersatu di dalam wadah kemanusiaan.
Maka pengertian keseimbangan dengan alam mengandung kesatuan makhluk hidup (termasuk manusia) dengan alam sekitarnya secara holistis. Yang perlu di tinjau dalam keseimbangan dengan alam antara lain:
Pada bagian persyaratan kenyamanan telah dibicarakan persoalan pencahayaan, iklim dan kelembapan, serta kebersihan udara. Dalam rangka persyaratan kenyamanan, masalah yang harus diperhatikan terutama berhubungan dengan ruang dalam. Tentu saja masalah tersebut mendapat pegaruh besar dari alam dan iklim tropis di lingkungan sekitarnya, yaitu sinar matahari dan orientasi bangunan, angin dan pengudaraan ruangan, suhu perlindunga terhadap panas, curah hujan dan kelembapan udara.

7.      Alam sebagai pola perencanaan
Struktur-struktur alam selalu terbentuk sebagai peredaran alam. Sebuah rumah adalah buatan manusia; walaupun demikian, menurut paham orang jawa rumah di anggap milik wahyu. Berarti rumah juga jadi organisme alam, seperti ada anggapan bahwa seluruh dunia juga jadi organism.
Organisme alam yang mengalami kelahiran, kehidupan, dan kematian sebagai konsep mikrosmos yang meniru makrosmos yang tidak terhingga. Alam sebagai pola perencanaan eko-arsitektur yang holistis kemudian dapat di simpulkan dengan persyaratan berikut:
a.       Penyesuaian pada lingkungan alam setempat
Dampak positif terhadap lingkungan yang dapat di capai oleh arsitektur ekologis makin besar, makin banyak tuntutan ekologis pada tempat tertentu dapat di peroleh. Persyaratan yang menguntungkan adalah konsep tata kampong atau tata kota dalam skala cukup luas.

b.      Menghemat sumber energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan mengirit penggunaan energy
Energi yang dapat di perbaharui berhubungan dengan teknologi baru dan kurang membebani lingkungan alam jika di bandingkan dengan sumber energi yang terbatas. Penggunaan energi surya (air panas, listrik), angin (penyejuk udara, listrik dan pompa air), arus air sungai (pengairan, listrik), atau ombak laut (listrik) dapat di integrasikan dalam proyek eko-arsitektur.

c.       Memelihara sumber lingkungan
Setiap kegiatan manusia, apakah membangun rumah atau menjalankan kendaraan bermotor, merusak sebagian dari lingkungannya dan mencemari udara (gas buangan, asap, kebisingan), tanah (jalan raya dan gedung mengganti lahan rumput), dan air (pencemaran udara mengakibatkan air hujan asap, perembesan air kotor mencemari sumber air minum.

d.      Memelihara dan memperbaiki peredaran alam
Karena semua ekosistem dapat dimengerti sebagai peredaran alam, harus diperhatikan supaya kegiatan manusia jangan merusaknya. Semua kegiatan baru seperti misalnya mengguanakan untuk membangun rumah harus dilakukan sedemikian rupa sehingga rantai bahannya berfungsi juga sebagai peredaran.

e.       Mengurangi ketergantungan pada sistem pusat energi (listrik, air) dan limbah (air limbah, sampah)
Setiap jaringan energi seperti listrik atau air minum membutuhkan banyak energi dalam persediaan dan mengakibatkan banyak kerugian. Pembuangan air limbah/mengancam lingkungan alam dan sumber air minum. Jika energy dibangkitkan pada tempat (misalnya energy surya) dan air limbah di olah langsung dan secara alami, ketergantungan dan kehilangan (transmission loss) dapat dicegah.

f.       Menggunakan teknologi sederhana
Dampak buruk dan negatif teknologi dapat diatasi dengan penggunaan dan pemanfaatan teknologi sederhana (intermediate technology), teknologi alternatif, atau teknologi lunak dari pada teknologi high-tech yang juga di artikan sebagai teknologi keras.

Pembanguna secara ekologis berarti pemanfaatan prinsip-prisnsip ekologis pada perencanaan lingkungan buatan. Pada pembangunan biasa seluruh gedung berfungsi sebagai sistem yang memitas, yang mengurangi kualitas lingkungan (pass trough system).