Ekologi
biasanya di mengerti sebagai hal-hal yang saling mempengaruhi : segala jenis
makhluk hidup (tumbuhan, binatang, manusia) dan lingkungannya (cahaya, suhu,
curah hujan, kelembapan, topografi, dsb). Demikian juga prosese kelahiran , kehidupan,
pergantian generasi, dan kematian yang semuanya menjadi bagian dari pengetahuan
manusia. Semua itu berlangsung terus dan dinamakan sebagai ‘hukum alam’.
1. Istilah
‘ekologi’
stilah
‘ekologi’ pertama kali di perkenalkan oleh Ernst Haeckel, ahli ilmu hewan pada
tahun 1869 sebagai ilmu interaksi antara segala jenis makhluk hidup dan
lingkungannya, jadi Ekologi dapatdi defenisikan sebagai ilmu yang mempelajari
hubungan timbale balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Persoalan
tentang wawasan lingkungan pada masa kini memperkembangkan rasa tanggu jawab
terhadap lingkungan danm mendorong kedudukan ekologi dari segi akademis menjadi
perhatian umum. Hal ini mengakibatkan Ekologi di samping menjadi bagian kelimuan juga ilmu lingkungan
yang megandung pengetahuan dan pengalaman kebutuhan masyarakat di bidang
ekonomi dan politik. Adapun
prinsip-prinsip arsitektur ekologi antara lain:
a.
Flutuation
Prinsip fluktuasi menyatakan bahwa bangunan didisain dan dirasakan sebagai
tempat membedakan budaya dan hubungan proses alami. Bangunan seharusnya
mencerminkan hubungan proses alami yang terjadi di lokasi dan lebih dari pada
itu membiarkan suatu proses dianggap sebagai proses dan bukan sebagai penyajian
dari proses, lebihnya lagi akan berhasil dalam menghubungkan orang-orang dengan
kenyataan pada lokasi tersebut.
b.
Stratification
Prinsip stratifikasi menyatakan bahwa organisasi
bangunan seharusnya muncul keluar dari interaksi perbedaan bagian-bagian dan
tingkat-tingkat. Semacam organisasi yang membiarkan kompleksitas untuk diatur
secara terpadu.
c.
Interdependence (saling
ketergantungan)
Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan dengan
bagiannya adalah hubungan timbal balik. Peninjau (perancang dan pemakai)
seperti halnya lokasi tidak dapat dipisahkan dari bagian bangunan, saling
ketergantungan antara bangunan dan bagian-bagiannya berkelanjutan sepanjang
umur bangunan.
Eko-arsitektur
menonjolkan arsitektur yang berkualitas tinggi meskipun kualitas di bidang
arsitektur sulit diukur dan ditentukan, tak ada garis
batas yang jelas antara arsitektur yang bermutu tinggi dan arsitektur yang
biasa saja. Fenomena yang ada adalah kualitas arsitektur yang hanya
memperhatikan bentuk dan konstruksi gedung dan cenderung kurang memperhatikan
kualitas hidup dan keinginan pemakainya, padahal mereka adalah tokoh utama yang
jelas.
Dalam pandangan eko-arsitektur gedung dianggap sebagai
makhluk atau organik, berarti bahwa bidang batasan antara bagian luar dan dalam
gedung tersebut, yaitu dinding, lantai, dan atap dapat dimengerti sebagai kulit
ketiga manusia (kulit manusia sendiri dan pakaian sebagai kulit pertama dan ke
dua). Dan harus melakukan fungsi pokok yaitu bernapas, menguap, menyerap,
melindungi, menyekat, dan mengatur (udara, kelembaban, kepanasan, kebisingan,
kecelakaan, dan sebagainya). Oleh karena itu sangat penting untuk mengatur
sistem hubungan yang dinamis antara bagian dalam dan luar gedung. Dan
eko-arsitektur senantiasa menuntut agar arsitek (perencana) dan penguna gedung
berada dalam satu landasan yang jelas.
2. Dasar-dasar
Arsitektur Ekologi
Arsitektur
atau eko-arsitektur lebih indah, lebih tepat guna dari pada gedung-gedung
biasanya, yang menonjol adalah arsitektur yang berkualitas tinggi. Kualitas
biasanya sulit diukur dan ditentukan, terlebih lagi dari bidang arsitektur. Dimana
garis batas antara arsitektur yang bermutu tinggi (berkualitas) dan arsitektur
yang biasa saja.
Pembahasan
kualitas di bidang arsitektur biasanya hanya memperhatikan bentuk gedung dan
konstruksinya, tetapi mengabaikan tokoh utamanya yaitu manusia. Dalam eko-arsitektur terdapat dasar-dasar pemikiran
yang perlu diketahui, antara lain :
1.
Holistik
Dasar
eko-arsitektur yang berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai satu
kesatuan yang lebih penting dari pada sekedar kumpulan bagian.
2.
Memanfaatkan
pengalaman manusia
Hal ini
merupakan tradisi dalam membangun dan merupakan pengalaman lingkungan alam
terhadap manusia.
3.
Pembangunan
sebagai proses dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang statis.
4.
Kerja sama
antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan kedua belah pihak.
Dengan
mengetahui dasar-dasar eko-arsitektur di atas jelas sekali bahwa dalam
perencanaan maupun pelaksanaan, eko-arsitektur tidak dapat disamakan
dengan arsitektur masa kini. Perencanaan eko-arsitektur merupakan proses dengan
titik permulaan lebih awal. Dan jika kita merancang tanpa ada perhatian
terhadap ekologi maka sama halnya dengan bunuh diri mengingat besarnya dampak
yang terjadi akibat adanya klimaks secara ekologi itu sendiri. Adapun pola perencanaan
eko-arsitektur yang berorientasi pada alam secara holistik adalah sebagai
berikut :
a.
Penyesuaian pada lingkungan alam setempat.
b.
Menghemat energi alam yang tidak dapat diperbaharui
dan mengirit penggunaan energi.
c.
Memelihara sumber lingkungan (air, tanah, udara).
d. Memelihara dan memperbaiki peredaran alam dengan
penggunaan material yang masih dapat digunakan di masa depan.
e.
Mengurangi ketergantungan pada pusat sistem energi
(listrik, air) dan limbah (air limbah, sampah).
f.
Penghuni ikut secara aktif dalam perencanaan
pembangunan dan pemeliharaan perumahan.
g.
Kedekatan dan kemudahan akses dari dan ke bangunan.
h.
Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhan
sehari-harinya.
i.
Menggunakan teknologi sederhana (intermediate technology), teknologi
alternatif atau teknologi lunak.
3. Bangunan
sebagai kulit ketiga manusia
Memperhatikan gedung
sebagai makhluk organik, berarti bahwa bidang batasan antara bagian dalam dan
bagian luar gedung tersebut yaitu dinding, lantai dan atap, dapat di artikan
sebagai kulit manusia yang ketiga (kulit manusia sendiri dan pakaian sebagai
kulit pertama dan kedu) dan harus melakukan fungsi-fungsi pokok sebagai
berikut: bernafas, menguap, menyerap, melindungi, menyekat, dan mengatur udara,
kelembapan, kepanasan, kebisisngan, kecelakaan, kegunaan dan sebagainya.
Sayangnya hampir semua
gedung modern yang merupakan sistem tertutup menggunakan bahan sintetis atau
bahan yang canggih seperti misalnya kaca atau aluminium yang tidak dapat
bernafas dan menguap, dengan memakai penghawaan teknis (AC) daripada penyejuk
udara secara alamiah atau pemakaian lapisan dinding serta langit-langit yang
tipis dengan permukaann yang licin dank eras sehingga tidak menyerap bising dan
panas.
Menyadari hal-hal
tersebut maka perencanaan arsitektur, penentuan struktur gedung dan konstruksi,
serta pemilihan bahan bangunan semuanya harus dilakukan dengan teliti dan penuh
kepekaan karena kita membicarakan kulit ketiga manusia dan kualitas arsitektur.
Sebaiknya
di pilih bahan bangunan yang sedemikian rupa sehingga perpengaruh baik terhadap
penghuni seperti kayu, bambu, serat-serat, daun-daunan, batu bata, batu alam,
ubin bata tanah liat, plasteran tanpa semen dan sebagainya, dengan cat,
pengawetan, dan finishing lainnya yang alamiah juga.
4.
Unsur pokok arsitektur ekologi
a. Udara
Udara untuk bernafas . hubungann
erat antara udara pernafasan dan kehidupan adalah pengalaman kehidupan manusia.
Makin tercemar udara maka kualitas kehidupan semakin menurun,
b. Air
Air sebagai sumber kehidupan bagi
makhluk hidup di muka bumi.
c. Api
Api (energi), sebagai sumber energy
dan sumber salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.
d. Bumi
Bumi
menjadi sumber bahan baku dan menjadi tempat kehidupan makhluk hidup.
5. Ekologi dan Arsitektur Ekologi
Atas dasar-dasar pengetahuan arsitektur ekologi yang telah
di uraikan , maka perhatian pada arsitektur sebagai ilmu teknik di alihkan
kepada arsitektur kemanusiaan yang memperhitungkan juga keselarasan dengan alam
dan kepentingan manusia penghuninya.
Pembangunan rumah atau tempat tinggal sebagai kebutuhan
kehidupan manusia dalam hubungan timbal balik dengan
lingkungan alamnya di namakan arsitektur ekologis atau eko-arsitektur.
Sumber: Heinz Frick FX. Bambang
Sukianto 1998.
Dasar-dasar Eko Arsitektur Hal: 39
Gambar 1. Konsep
eko-arsitektur yang holistis (sistem keseluruhan)
Sebenarnya, eko-arsitektur tersebut juga mengandung bagian-bagian dari
arsitektur biologis (arsitektur kemanusiaan yang memperhatikan kesehatan), arsitektur
alternatif, arsitektur matahari (dengan memanfaatkan energy surya), arsitektur
bionik (teknik sipil dan konstruksi yang memperhatikan kesehatan manusia),
serta biologi pembangunan.
Maka istilah eko-arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan
mengandung semua bidang. Eko-arsitektur tidak menentukan apa yang seharusnya
terjadi dalam arsitektur kerena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai
standar atau ukuran baku. Namun ,eko-arsitektur mencakup keselarasan antara
manusia dan lingkungan alamnya.
6.
Keseimbangan
dengan alam
Pada penentuan lokasi gedung di perhatikan fungsi dan hubungannya dengan
alam, seperti matahari, arah angin, arah hujan, aliran air di bawah tanah, dan
sebagainya. Setiap serangan terhadap alam mengakibatkan suatu luka yang
mengganggu keseimbangannya.
Dengan sadar atau tidak sadar manusia telah menghancurkan keseimbangan
dengan alamnya sehingga terjadi ketidakseimbangan antara makrosmos dan
mikrosmos. Seperti manusia dalam lingkungan ilmiah, sebenarnya menjadi spesialias
hanya dalam aspek keahliannya tetapi tetap bersatu di dalam wadah kemanusiaan.
Maka pengertian keseimbangan dengan alam mengandung kesatuan makhluk hidup (termasuk
manusia) dengan alam sekitarnya secara holistis. Yang perlu di tinjau dalam
keseimbangan dengan alam antara lain:
Pada bagian persyaratan kenyamanan telah dibicarakan persoalan pencahayaan,
iklim dan kelembapan, serta kebersihan udara. Dalam rangka persyaratan
kenyamanan, masalah yang harus diperhatikan terutama berhubungan dengan ruang
dalam. Tentu saja masalah tersebut mendapat pegaruh besar dari alam dan iklim
tropis di lingkungan sekitarnya, yaitu sinar matahari dan orientasi bangunan,
angin dan pengudaraan ruangan, suhu perlindunga terhadap panas, curah hujan dan
kelembapan udara.
7.
Alam sebagai
pola perencanaan
Struktur-struktur alam selalu terbentuk sebagai peredaran alam. Sebuah
rumah adalah buatan manusia; walaupun demikian, menurut paham orang jawa rumah
di anggap milik wahyu. Berarti rumah juga jadi organisme alam, seperti ada
anggapan bahwa seluruh dunia juga jadi organism.
Organisme alam yang mengalami kelahiran, kehidupan, dan kematian sebagai
konsep mikrosmos yang meniru makrosmos yang tidak terhingga. Alam sebagai pola
perencanaan eko-arsitektur yang holistis kemudian dapat di simpulkan dengan
persyaratan berikut:
a.
Penyesuaian
pada lingkungan alam setempat
Dampak positif terhadap lingkungan yang dapat di capai oleh arsitektur
ekologis makin besar, makin banyak tuntutan ekologis pada tempat tertentu dapat
di peroleh. Persyaratan yang menguntungkan adalah konsep tata kampong atau tata
kota dalam skala cukup luas.
b.
Menghemat sumber
energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan mengirit penggunaan energy
Energi yang dapat di perbaharui berhubungan dengan teknologi baru dan
kurang membebani lingkungan alam jika di bandingkan dengan sumber energi yang
terbatas. Penggunaan energi surya (air panas, listrik), angin (penyejuk udara, listrik
dan pompa air), arus air sungai (pengairan, listrik), atau ombak laut (listrik)
dapat di integrasikan dalam proyek eko-arsitektur.
c.
Memelihara
sumber lingkungan
Setiap kegiatan manusia, apakah membangun rumah atau menjalankan kendaraan
bermotor, merusak sebagian dari lingkungannya dan mencemari udara (gas buangan,
asap, kebisingan), tanah (jalan raya dan gedung mengganti lahan rumput), dan
air (pencemaran udara mengakibatkan air hujan asap, perembesan air kotor
mencemari sumber air minum.
d.
Memelihara
dan memperbaiki peredaran alam
Karena semua ekosistem dapat dimengerti sebagai peredaran alam, harus
diperhatikan supaya kegiatan manusia jangan merusaknya. Semua kegiatan baru
seperti misalnya mengguanakan untuk membangun rumah harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga rantai bahannya berfungsi juga sebagai peredaran.
e.
Mengurangi
ketergantungan pada sistem pusat energi (listrik, air) dan limbah (air limbah,
sampah)
Setiap jaringan energi seperti listrik atau air minum membutuhkan banyak
energi dalam persediaan dan mengakibatkan banyak kerugian. Pembuangan air
limbah/mengancam lingkungan alam dan sumber air minum. Jika energy dibangkitkan
pada tempat (misalnya energy surya) dan air limbah di olah langsung dan secara
alami, ketergantungan dan kehilangan (transmission loss) dapat dicegah.
f.
Menggunakan
teknologi sederhana
Dampak buruk dan negatif teknologi dapat diatasi dengan penggunaan dan
pemanfaatan teknologi sederhana (intermediate technology), teknologi
alternatif, atau teknologi lunak dari pada teknologi high-tech yang juga di
artikan sebagai teknologi keras.
Pembanguna secara ekologis berarti pemanfaatan prinsip-prisnsip ekologis
pada perencanaan lingkungan buatan. Pada pembangunan biasa seluruh gedung
berfungsi sebagai sistem yang memitas, yang mengurangi kualitas lingkungan (pass trough system).
No comments:
Post a Comment